Jadikanlah Phablet Menjadi Mobile yang Office

“Ngantor pada tempat tinggal? Mana mungkin? Tempat tinggal saja masih mengontrak, belum lagi wajib membayar perlengkapan lainnya. Tentu butuh lebih dari satu uang! Berapa lebih dari satu biaya yang wajib dimuntahkan buat membentuk satu buah tempat kerja?”

Pertanyaan-pertanyaan pada atas mungkin sering terlontar, saat beberapa orang memutuskan buat berhenti “ngantor” & melancarkan kehidupan karir yang baru, menjadi freelancer. Akan tetapi itu dulu, beberapa tahun yang kemudian. Seiring perkembangan zaman, teknologi komunikasi pun semakin sophisticated. Berdinas tidak lagi wajib identik dengan mengantor, sebab orang dapat saja mengerjakan seluruh pekerjaannya pada mana saja dengan bantuan alat komunikasinya. Kita jadi lebih dapat menghemat masa & uang. Yang domisili pada kota besar misalnya Jakarta tentu mengerti, betapa melelahkannya “melenyapkan usia” pada tengah jalanan yang macet. Kita sebagai kurang produktif, bukan sebab kita lebih dari satu bersantai, akan tetapi sebab terjebak pada padatnya arus kemudian lintas selama berjam-jam.

Bila kita berkunjung ke kedai-kedai kopi pada lebih dari satu harta benda pada Jakarta, pemandangan orang berdinas dengan memakai komputer portable bukan lagi pemandangan yang asing. Dengan bermodalkan secangkir kopi saja, orang telah dapat berdinas pada sana. & pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat yang berurusan dengan pekerjaan pun dapat dijalankan pada tempat yang sama, tidak usah digelar pada satu buah meeting room.

Kemudian teknologi semakin maju. Komputer portable yang sebetulnya telah simpel dirasakan kurang nyaman buat dibawa ke mana-mana, sebab berukuran & beratnya. Telepon genggam pun dirancang bisa buat mengerjakan lebih dari satu tugas yang tadinya hanya dapat dijalankan sang personal komputer. Akan tetapi kemudian timbul keluhan baru: layarnya terlalu mini. Insan semakin menuntut ketenangan, bukan hanya kepraktisan. Tidak cuma itu, gadget tidak lagi berguna menjadi alat berkomunikasi & berdinas, akan tetapi pula wajib setimpal dengan gaya berjiwa & wajib mampu menghibur.

Para penghasil gadget kemudian mengawinkan kepraktisan smartphone dengan komputer portable. Lahirlah tablet, yang ternyata menanggapi keinginan orang buat menghasilkan layar yang lebih besar, akan tetapi ternyata dirasa kurang mudah waktu digenggam.

Beberapa pembuat electronik kemudian mengawinkan lagi smartphone & tablet maka lahirlah phablet. Salahsatu penghasil yang gencar membentuk produk type ini artinya Samsung yang membuat serial “Note”, yang bukan hanya nyaman pada tangan, akan tetapi pula nyaman pada mata. Bukan hanya itu, phablet terlihat lebih glamor ketimbang tablet.

Dalam bulan Agustus kemudian, Samsung meluncurkan serial Note-nya yang teranyar: Galaxy Note lima, dengan satu dari fitur primer S Pen yang membedakannya dengan phablet brand lain. S Pen ini mencangking Samsung ke jenjang selanjutnya, menjadikan Galaxy Note lima menjadi gadget terbaik buat menunjang kreativitas & yang ter consumer friendly. Gadget yang amat pas untuk kita yang sedang atau kepengen berwirausaha.

Desain Galaxy Note lima pula telah diperbaharui & dipercantik, tanpa membentuk kesan “kemayu”. Modelnya yang penuh gaya & amat premium, tidak ayal membentuk orang akan melirik ketika phablet ini berada dalam genggaman. Perubahan lainnya yang mampu kita temukan dalam Galaxy Note lima artinya tidak adanya microSD & baterainya tidak dapat dilepas. Tidak sebagai masalah, sebab phablet anggun ini telah dilengkapi dengan memori sebanyak 32 GB & RAM sebanyak 4 GB. Telah lebih dari relatif, bukan?

Keunggulan lainnya merupakan kameranya yang amat sophisticated. Kita tidak lagi perlu mencangking kamera digital buat mengabadikan momen penting atau buat urusan pekerjaan. Beberapa situs asing bahkan berani mengungkapkan bahwa kamera Galaxy Note lima yang berukuran 16 MP ini merupakan kamera smartphone & phablet terbaik yang pernah terdapat. Buat selfie pun, kamera depannya telah berukuran lima MP.

Memangnya satu buah gadget pada masa kini perlu memiliki kamera yang bagus? Kentara perlu! Melego produk secara online tentunya memerlukan foto yang representatif, yang menghasilkan orang kepengen memesan produk kita. Beberapa food blogger melancarkan karirnya dengan memuat output jepretannya setiap mengunjungi tempat-tempat mengunyah ke akun Instagram mereka. Bukan hanya itu, kamera yang bagus pula dibutuhkan dalam kehidupan individu kita. Dengan semakin sibuknya orang berdinas, beberapa orang “terpaksa” berupaya melakukan pencarian cinta secara online melalui website kencan. Kembali, foto yang dirancang sang kamera yang bagus amat dibutuhkan pada sini. Tidak terdapat seseorang pemakai gadget pada masa kini yang tidak memerlukan kamera digital yang menghasilnya foto yang indah. Yang mumpuni. Yang “nggak memalukan-maluin” penggunanya.

Kemudian macam mana dengan “nyawanya”? Jangan lagi takut kehabisan baterai, sebab baterai phablet ini berkekuatan 3000 mAh & buat mengisinya lagi pula hanya dibutuhkan masa sekitar 120 mnt. Yang lebih hebatnya lagi, baterainya dapat diisi lagi tanpa kabel (wireless)!

Cerdas sekali, tentulah. & moga-moga kita para pemakai smartphone & phablet pun dapat semakin cerdas dalam memakainya. Bukan hanya dengan menelaah fitur-fiturnya. Itu sih amat gampang, sebab tentulah phablet ini amat mengerti keperluan konsumen & gampang dipakai. Terdapat “cerdas” yang lebih penting dari itu, yaitu memahami kapan & pada mana wajib menyibukkan diri dengan si sophisticated ini.

Dalam Note lima tersedia keyboard qwerty hardware buat memudahkan pengetikan

Begini, lebih dari satu orang terkesan amat suka bersosialisasi & “gaul banget”. Mungkin tentulah mereka memiliki lebih dari satu sahabat-sahabat yang hebat, & sering mengadakan pertemuan pada tempat-tempat yang glamor. Tetapi, tidak jarang kita lihat yang berada pada sana hanya raganya, sementara pikirannya tertuju dalam gadget-nya. Mereka hanya terlihat bareng ketika berfoto bareng, selebihnya mereka lebih sibuk “mengobrol” dengan sahabat-sahabat lainnya pada media umum, ketimbang bareng orang-orang yang waktu itu sedang bareng dengan mereka. Kata “jauh pada mata, dekat pada hati” seakan tidak lagi berlaku lagi pada masa kini. Yang jauh pada mata justru lebih dekat pada hati, sementara yang pada dekat pada mata malah mungkin jauh pada hati sebab kita lebih sering berkomunikasi dengan yang jauh.

Kenyataan ini jadi lebih menyedihkan saat terjadi pada pertemuan famili. Pada meja mengunyah, contohnya. Bapak, Mak, & keturunan tiap-tiap sibuk dengan jagat mereka tiap-tiap. Tidakkah kita rindu dengan kehangatan obrolan bareng famili sebelum kecanggihan teknologi “merusaknya”? Pembetulan, bukan teknologi yang merusak, akan tetapi kita yang kurang cerdas & bijak memakainya.

Jadi, buat apa memiliki gadget yang cerdas, bila kita sendiri belum siap buat sebagai pemakai yang cerdas? Buat apa punya sahabat lebih dari satu, famili yang hebat, bila setiap masa yang kita habiskan bareng mereka tidak lagi penuh momen yang dapat dikenang pada dalam hati, bukan hanya dalam bentuk potret?

Pula untuk kita yang berdinas pada “tempat kerja impian”, sudahkah kita sebagai “pekerja” yang cerdas? Yang menanggapi pertanyaan & membalas surel dari klien atau rekan kerja secepat kita menerimanya, & bukannya membiarkan mereka menanti lama pada “ruang tunggu impian”? Sudahkah kita memahami kabar apa yang mampu kita bagikan & apa yang wajib kita simpan pada media umum? Apakah kita tetap mampu menjaga privasi klien kita, atau kita malah mengumbarnya dengan dalih “bercanda”, mengingat betapa mudahnya mengembangkan berita pada jagat maya ketika ini?

Mudahnya begini: Buat apa mengganti gadget kita dengan yang baru, bila tidak terdapat perubahan fitur yang berarti dibanding dengan gadget kita sebelumnya? Buat apa kita orang lain mempekerjakan kita, jika ternyata kita tidak cerdas ketika memperlakukan mereka & tanggung jawab hanya kita anggap pengisi masa luang saja?

Jadilah pemakai gadget luar biasa yang punya sikap luar biasa. Jadilah pemilik gadget yang keren yang bersikap “nggak membuat malu-maluin”.

Buat apa biasa-biasa saja, jika dapat sebagai & menentukan yang luar biasa?